Kamis, 07 Maret 2013

Keikhlasan: Antara Harapan, Kerja, dan Hasil--Juga Keberuntungan!

Pada suatu hari, seorang pangeran sedang mencari sang tuan putri.. "Tuan putri, di mana kau berada?", tanya sang pangeran pada pepohonan rindang di hutan. Oh. Tidak, ini bukan cerita dongeng penuh kisah manis yang terangkai. Ini cerita tentang kerasnya kehidupan, bagaimana harapan, kerja, dan hasil dipengaruhi faktor X--orang-orang menyebutnya--di mana kuasa Tuhan berpengaruh. Hoki, lucky, fúk, keberuntungan, atau apa namanya itu diberikan Tuhan untuk mereka yang berbuat baik. Mungkin semacam berkah menurutku.

Hari itu gua mau pindahan, mau pindah ke kos baru (anak kos coy!!). Jadi nyewa mobil pick up. Singkat cerita, deal terjadi. "Ia dek, 80 ribu aja, udah bersih sama angkat-angkatnya..", kata abang sopir pick up tersebut. Ohh, udah bersih sama upah ngangkat barang-barang gua yang 'lumayan' seabrek, murah lah itu (keq nya?).

Lalu terjadi proses pindahan, ketika menurunkan barang di kos baru gua lihat abang itu bekerja keras untuk memindahkan barang-barang yang berat. Gua cukup iba, dalam hati ku pikir aku akan memberikannya uang tip 20 ribu, lumayan pikirku.

Namun proses pindahan belum selesai, si abang sopir menggerutu. Akhirnya ia terang-terangan minta uang tip, "Tambah 10 ribu lagi lah dek, ongkos ngangkat, capek ini..". Akhirnya selesai pindahan gua beri dia duit 10 ribu sebagai uang tip.

Dari cerita ini bisa dipetik sebiji--biasanya sebuah :b--pelajaran, bahwa kamu boleh berharap tinggi asal kamu tidak hanya mau bekerja keras tapi benar-benar melakukannya. Sedangkan hasilnya apakah sesuai atau belum dengan harapan tadi, patut kita syukuri.

Abang sopir tadi udah bekerja keras, tapi ia berharap lebih di saat pekerjaannya belum selesai. Seharusnya ia bekerja dulu secara total, lihat hasilnya, baru kemudian menuntut apa yang bisa ia dapat. Coba ia tidak minta uang tip secara langsung, aku akan memberikan yang lebih dari yang ia minta. Padahal saat deal dilakukan, ia bilang udah termasuk upah ngangkat. Keberuntungan menjauhinya karenya ia ingin mendapat lebih dengan terlalu cepat.

Di sini ada kunci kehidupan yang slalu gua pegang, keikhlasan. Tapi kadang kala--bahkan cukup sering--kunci itu hilang jatuh entah ke mana. Gua harus mencarinya lagi dengan susah payah.
begitu juga dengan si abang sopir, yang bekerja keras tapi tidak ikhlas.

Harapan sebagai motivasi untuk melakukan kerja. Kerja keras untuk hasil yang baik. Syukuri apa yang didapat dari kerjamu. Jangan berharap lebih dengan menggerutu di saat kerja--apalagi mengeluh terus tanpa melakukan apa-apa, itu bukan ciri orang sukses. Bahkan juga ketika 'kerja adalah ibadah' jadi sedikit tercoreng karenanya.

Seperti note-ku sebelumnya, "Pilih Sendiri!", juga secara tersirat mengajarkan bahwa jika ingin jadi istri orang kaya, harus mau berpacaran dengan orang yang belum punya apa-apa (miskin..hik hiks). Karena orang yang belum punya apa-apa itu kelak bisa jadi orang yang 'punya'--apa yang diinginkan banyak orang. Kerja keras adalah resepnya, dibumbui harapan yang pas, dan beberapa sendok pengorbanan di saat air telah matang--di saat yang tepat! Berbuat baik dan sedikit keberuntungan punya andil besar di akhir cerita nantinya.